Dalam rangka Hari Sindroma Down Sedunia 2024, BBC mewawancarai Morgan Mazé untuk mengetahui kisahnya sebagai orang dewasa dengan sindroma Down yang telah mematahkan stereotipe sesuai dengan tema WDSD 2024 yaitu #EndTheStereotype.
Proses wawancara untuk artikel ini berjalan selama 2-3x melalui daring termasuk wawancara tertulis dengan jurnalis BBC World, Alexandra Foché. Akhirnya, jadilah artikel inti original dalam bahasa Inggris yang dikirim ke seluruh languages services oleh BBC World yang kemudian di adopsi dan disesuaikan dengan situasi lokal masing-masing negara atau bahasa yang dipakai.
Awalnya, artikel BBC ini hanya diadopsi oleh “languages services” yang bahasanya tidak kita kuasai atau kurang dikenal yaitu : Korea,Nepali, Persia, Tamil, Telugu.
Namun setelah Yapesdi memberitahu BBC Indonesia tentang artikel ini mereka mempublikasikannya di BBC News Indonesia.
Dalam artikel BBC, Morgan mengawali dengan memperkenalkan dirinya serta kesehariannya menjadi asisten coach di kelas mingguan online Yapesdi.
Ia melanjutkan dengan bercerita bagaimana ia bekerja di Resto-Gallery selama 2x seminggu. Ia menjelaskan tentang hobinya memasak sejak kecil dan bekerja di restoran adalah impiannya.
Lalu artikel dilanjutkan dengan cerita Ibu Dewi Tjakrawinata sebagai Ibu dari Morgan dan juga Ketua Pengurus Yapesdi. Bu Dewi bercerita bagaimana Yapesdi awal dibentuk dari keresahan Morgan terhadap teman-temannya sesama orang dengan sindroma Down yang berbicaranya sulit dimengerti. Lalu, Morgan meminta tolong Ibunya untuk menolong teman-temannya agar bisa berani berbicara dan mengekspresikan dirinya masing-masing. Dari situlah kelas Peer Group mulai dikembangkan.
Selanjutnya, Morgan bercerita tentang pekerjaannya sebagai orang dengan sindroma Down satu-satunya yang menjadi pengulas Bahasa Sederhana.
“Buku-buku yang aku ulas tidak hanya diterbitkan oleh organisasiku melainkan juga dari organisasi-organisasi lain. Bahkan, aku sekarang sedang dalam proses mengulas laporan survei tentang Hak-Hak Orang dengan Sindroma Down dalam Layanan Pendidikan, Kesehatan, Transportasi, Pekerjaan dan Perbankan” – Morgan
Morgan juga bercerita bagaimana di Indonesia sangat susah untuk mencari pekerjaan sebagai orang dengan sindroma Down. Masih banyak diskriminasi serta tidak adanya sekolah vokasional bagi orang dengan sindroma Down untuk mempersiapkan masa depan mereka sehingga kesempatan orang dengan sindroma Down bekerja masih sangat terbatas.
Artikel tersebut ditutup dengan Morgan menceritakan bagaimana hidupnya sangat jauh dari gambaran stereotipe negatif tentang orang dengan sindroma Down.
“Sebagai self-advocate, aku sudah sering diundang dalam banyak seminar dan acara lainnya di tingkat nasional maupun internasional, sebagai nara sumber, panelis maupun moderator . Aku juga bisa berbicara dalam 3 bahasa. Tidak hanya itu, aku juga suka membaca dan menghabiskan waktuku dengan menonton film, bermain musik dan travelling!”- Morgan.
#EndTheStereotipe!
Untuk membaca artikel selengkapnya, bisa dilihat melalui link di caption postingan ini atau di bawah ini ya:
https://www.bbc.com/indonesia/articles/cqqwpyrd1evo
Namun bagi Anda yang ingin mengakses dalam bahasa Korea,Nepali, Persia, Tamil, Telugu bisa cek di caption postingan ini atau link berikut:
Nepali: https://www.bbc.com/nepali/articles/c1w5de14lq1o
Persian: https://www.bbc.com/persian/articles/c2xvkn32vm6o
Tamil: https://www.bbc.com/tamil/articles/cxezldpk9m0o